Terkadang, gue sangat membenci diri gue yang percaya sama "signs".
Gue membenci bagaimana alam bisa berbahasa, dan kenapa gue sangat fasih menerjemahkannya.
Dan, dari semua hal yang gue benci, gue paling membenci bagaimana gue masih percaya "sign" yang mengatakan kalo lo itu... adalah.... the one for me.
Trust me, I really hate it too.
Perbincangan gue dan sahabat gue di kereta kemarin sore benar-benar menjadi knocked out punch. Bahkan, untuk gue sendiri yang mengatakannya, "hahaha... gue masih berpikir kalo dia adalah alasan gue bisa masuk Brawijaya, loh" kata gue saat itu. Dan, saat itu juga gue tercengang. Shit. I really loved you back then.
Dan, menurut gue, salah. Kita salah begini. Kita gak harusnya begini. What happened between us?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar